Oleh: MUHAMMAD IMAM SUBKHI
Teror bom kembali terjadi di Jakarta 9 September 2004 di depan Kedubes Australia jalan HR. Rasuna Said. Pertanyaanya adakah kaitan dengan peledakan bom yang terjadi di berbagai tempat sebelumnya. Peledakan bom kali ini adalah salah satu dari tiga ledakan teror bom terbesar di Indonesia. 12 Oktober 2002 bom mengguncang Bali yang menewaskan 202 orang yang mayoritas warga negara Auatralia dan 300 orang lainnya luka-luka. Hampir satu tahun kemudian (5 Agustus 2003) bom dengan kekuatan ledak besar meluluh lantakkan hotel JW. Marriot Jakarta menewaskan 11 orang dan 152 orang luka-luka. Selain ledakan ketiga bom tersebut, ledakan bom dengan skala ledak rendah juga banyak terjadi di negeri ini. Sejak 23 September 2001, tercatat 17 kali peledakan bom di Indonesia.
Ketika menara kembar WTC Amerika dihancurkan oleh teroris pada 11 September 2001, Amerika langsung menuding jaringan kelompok Al Qaeda pimpinan Osamah sebagai pelakunya. Setelah itu, Amerika dengan segenap sekutunya membombardir Afganishtan guna mengusir tentara Taliban yang juga kelompok Al Qaeda. Setelah puas menghancurkan Afganishtan, Amerika dan sekutunya kembali menghancurkan Irak yang oleh Amerika diduga memiliki senjata nuklir dan dianggap mengancam keamanan dunia.
Dari peristiwa teror-teror bom ini pasti kita akan bertanya siapa sebenarnya pelaku dan memiliki motif apa di balik aksi teror tersebut. Setelah peledakan bom Bali, Polisi segera menciduk Imam Samudra dan kawan-kawannya. Peledakan bom Bali ditengarai bermotif agama. Namun sebagai orang beragama pasti kita akan membantah alasan terasebut. Tidak satupun agama yang mengajarkan melakukan kekerasan untuk kejahatan. Akan tetapi, agama apapun mengajarkan kedamaian untu seluruh umat manusia. Jika selama ini yang mendapatkan tuduhan miring adalah kelompok-kelompok Islam, maka patut kita pertanyakan kembali. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, Islam hadir di dunia sebagai rahmatan lil ‘alamin. Jika tersangka yang tertangkap adalah dari kelompok Islam, maka patut kita pertanyakan ke-Islamannya.
Tidak sedikit yang menengarai, aksi peledakan bom kuningan bermuatan politis. Saat kebanyakan orang tengah sibuk dengan kegiatan politik untuk memenangkan masing-masing capres, akhirnya menimbulkan kelengahan terhadap pihak-pihak yang seharusnya bertugas mengamankan negeri dari segala ancaman dan teror. Orang terlalu terlena dengan perebutan kekuasaan sehingga lupa dengan tugas yang seharusnya dijalankan. Teror ini walaupun disanggah memiliki muatan politis, akan tetapi mengapa diledakkan 11 hari menjelang pilpres putaran kedua. Sedikit banyak, teror bom ini akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemilu. Pihak keamanan dituntut memberikan keamanan ekstra ketat dalam Pemilu 20 September mendatang dan di tiap-tiap tempat lainnya.
Selain dugaan politis tentang bom kuningan tersebut yang bertujuan mengacaukan persiapan pemilu, penulis memiliki anggapan lain dibalik terjadinya aksi terorisme baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sebagaimana kita ketahui, Amerika adalah negara yang paling gencar untuk mengobarkan perang terhadap terorisme. Ketika gedung WTC hancur, Amerika langsung menyalahkan Al Qaeda di Afganishtan. Lalu Amerika menyerang Afganishtan yang pada ujung-ujungnya juga meminta kemudahan jaringan minyak pada pemerintahan baru Afganishtan. Hal ini juga terjadi bagi Irak. Lalu dugaan selanjutnya, ada kemungkinan Amerika dan sekutunya memanfaatkan atau mungkin melakukan ini untuk menakuti dunia. Dengan posisinya sebagai polisi dunia, Amerika memiliki bargaining kuat untuk menekan negara lain untuk tunduk. Ini nantinya bekembang dengan berdirinya perusahaan-perusahaan Amerika di negara lain seperti di Indonesia. Sehingga bisa mengeruk kekayaan alam negara tersebut.
Menurut definisi ilmu intelejen, teror diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan dan rasa tidak aman, sehingga terjadi keputus asaan. Dalam kacamata penulis, karena tindakan ini memberikan rasa tidak aman, maka terorisme sekarang ini menjadi ancaman bagi kebudayaan dunia (world culture) dan kemanusiaan (mankind) serta kejahatan atas kemanusiaan (crime against humanity).
Setelah ledakan bom Kuningan, Polisi langsung menetapkan otak peledakan tersebut adalah Dr. Azahari dan Noordin M Top. Akan tetapi, banyak kalangan menyayangkan mengapa teror bom semaca ini kembali terjadi. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kinerja badan intelejen negara kita sampai bisa kecolongan. Teror memang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
Jika terorisme dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin kehancuran dunia semakin dekat saja. nyawa orang-orang yang tidak tahu apa-apa harus melayang. Aksi terorisme yang terus berlangsung di Indonesia memberikan stigma buruk bagi negara ini di mata internasional. Bahkan Amerika dan Australia tidak segan menyebut Indonesia sebagai sarang teroris. Jelas ini akan menimbulkan dampak buruk bagi Indonesia. Orang akan berfikir seribu kali untuk berkunjung ke Indonesia karena merasa tidak aman.
Peringatan negeri asing akan terjadinya peledakan bom kuningan yang tidak pernah diindahkan pemerintah Indonesia jelas sangat disayangkan. Ini terbukti dengan korban yang seluruhnya warga negara kita. Hanya kata ‘hentikan segala tindak terorisme’ yang bisa kita katakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar